-
PILKADA
SIAPA DAN MANA YANG HARUS KUPILIH?
Menjelang pilkada bulan depan ini membuat saya sedikit bingung dengan calon pemimpin yang akan saya pilih. Bukannya karena saya tidak atau belum mengenal mereka sebelumnya, akan tetapi menurut pendapat saya justru mereka saya anggap salah dalam memilih partai yang mengusung mereka. Sebagai contoh, Bibit misalnya, saya memang tidak mengenal secara langsung beliau, tetapi orang tua saya (Ibu) sangat mengenal beliau sewaktu dulu masih “ngantor” di lawang-sewu semarang. Ibu saya yang dulu juga “ngantor” di lawang sewu (Dinas Perhubungan Laut tepatnya) bercerita bahwa pak bibit itu orangnya merakyat, “nguwongke” (menghargai orang lain siapapun dia), supel dan murah senyum walaupun dia orang militer. Saya sempat tanya “seperti apasih baiknya Pak Bibit itu dulunya?” lalu ibu saya banyak bercerita tentang beliau yang menurutnya dalam bentuk nyata misalkan, jika saat melatih senam atau olah raga apapun beliau selalu ikut dan mempraktekkannya bersama-sama, jika memerintah untuk lari sepuluh putaran maka beliau juga akan ikut lari sepuluh putaran, tidak seperti orang lain seperti sekarang ini yang bisanya cuma memerintah tetapi tidak ikut melaksanakan bahkan yang tidak sanggup malah kena hukuman. Masih banyak lagi kebaikan Pak bibit dimata Ibu saya yang diceritakannya saat dalam perjalanan pulang dari Jogja ke Semarang (kami banyak bercerita tentang para calon itu karena disepanjang jalan banyak terdapat poster-poster mereka). Dengan hanya mendengarkan saya bisa kenal dan tahu siapa Bibit sebenarnya. Saya yang tidak pernah peduli dengan Pilkada (masih merekomendasikan Golput untuk diri sendiri) secara spontan memperhatikan siapa sih yang mencalonkan Bibit? Ternyata Bibit menggunakan bendera PDI-P. Yang bisa saya ucapkan saat itu cuma “waduh... sayang sekali!!!”. Terus terang (ma'af) saya memang bukan simpatisan ataupun pecinta PDI-P (bahkan melirikpun tidak!) karena selama hidup di negara Indonesia tercinta ini saya sebagai manusia biasa secara langsung ataupun tidak akhirnya bisa menilai siapa sih PDI / -P itu? Baik saat sebelum, saat negara ini dipimpin ketuanya maupu sesudahnya. Kembali ke masalah Bibit tadi saya coba membayangkan jika saja Bibit diusung oleh PKS dan PKS tidak mengusung Sukawi (ini juga sangat saya sayangkan!) hasilnya akan lain menurut hemat saya. Dalam persentasi saya yang bodoh dalam politik ini bisa menyimpulkan akan mendapat 45 % – 60 % angka perolehan suara. Jika diusung oleh Pan / PPP berkisar 30 % - 48 %, Jika diusung Demokrat mungkin diperoleh angka antara 40 % - 55 %. Tapi semua itu kembali kepada kenyataan bahwa saya ini bukan orang politik, saya ini hanya warga negara biasa yang cuma bisa menilai dari kondisi masyarakat disekitar saya. Mungkin ada pembaca yang mengatakan “Ah... jelas saja kamu gak suka, wong (kan) kamu simpatisan PKS!”, ya... itu mungkin saja, dibandingkan dengan PDI-P saya lebih memilih PKS, PAN, PPP bahkan Golkar! Jika memungkinkan pada pemilu tahun mendatang saya lebih memilih partai baru HANURA sebagai penyalur aspirasi saya. Hukuman maupun sangsi yang di lakukan PDI-P jika bibit tidak memenangi Pilkada ini penambah dan memperkuat penilaian saya terhadapnya. Bayangkan! Untuk menghindari sangsi saya yakin Orang dibawah akan berbuat apa saja (apa saja!) untuk memenangkannya!. Saya harapkan “apa saja”-nya tidak sampai merugikan rakyat yang lebih kecil lagi. Sebagai penutup saya masih menyarankan Golput untuk diri pribadi saya sendiri. Sangat disayangkan dan eman-eman.
0 comments: