-
WORKSHOP NASIONAL, PENULISAN KREATIF UNTUK PELAJAR & MAHASISWA
WORKSHOP – DAY #1Menulis itu mudah bagi semua orang yang pernah makan bangku sekolahan, bahkan saya sempat makan penghapus papan tulis ketika sekolah dulu (maklum saya dulu rakus banget sampai ketiduran didalam kelas sangking kenyangnya, jadi ya dilempar penghapus). Lain lagi jika kita disuruh mengarang tulisan, tidak semua orang bisa melakukannya, serasa nyumplung dilaut! Kalau dipinggiran laut alias dipantainya semua orang juga bisa, kecuali yang hidrophobia(?), perlu terapi khusus. Lalu jika di cemplungin 100 – 500 meter dari bibir pantai? pasti yang bisa mencium bibirnya cuma tinggal 30 – 50 %-nya saja. Lha kalau minimal di tenggelamkan dari jarak 1 kilo keatas??? wuih.... paling sisa 5 % saja yang bisa melumat bibirnya. Tapi jangan meremehkan dulu dong..., mungkin yang 10 – 20 %-nya masih megap-megap ambil nafas tanda belum menyerah untuk membelai sang bibir, sedang sisanya..., ya hampir pasti tewas kebanyakan minum air laut trus hanyut dibawa arus dan dimakan hiu. Yang sedang.....
Yang sedang megap-megap cari nafasnya tanda belum menyerah tadi serasa mendapat bantuan angin suejuk dengan adanya workshop penulisan yang di gelar saat Expo di BLPT oleh para lakon Gagas media dengan sutradara Agromedia. Sang lakon's (berarti banyak lho... ^_^ ...) dengan sigap melemparkan pelampung atau mendekatkan sekocinya untuk jadi pegangan para perenang bernafas pas-pasan tapi berhati besi (bukan baja anti karat lho, jadi mereka bisa karatan dan keropos jika tidak segera di kasih bantuan nafas “mouth to mouth”).
Saya sebagai salah satu dari perenang tersebut tidak mengharapkan uluran tangan yang mengajak “ayo gapai tangan saya, lalu naik sekoci ini biar saya antar anda ke pantai”, bukan... bukan itu yang saya minta, saya cuma menunggu lifebuoy yang tepat buat ukuran saya (mungkin yang didalamnya ada tambahan sebatang atau sebungkus rokok dengan koreknya dan sebotol air putih dingin segar) ha... ha... ha..., tapi iya... serius... kadang mungkin perenang lainnya hanya butuh segelas air saja untuk melanjutkan lagi perenangannya, sedang lainnya mungkin butuh lebih karena bobot yang mereka bawa berat.
Menunggu memang bukan pekerjaan, menunggu pasti jenuh, apalagi sambil berendam di air laut, bisa mrotoli onderdil-ku. Hanya saja sebagai orang yang beriman (amin) saya akan dengan sabar right here waiting. Kata mbak moderatornya “jika Tuhan saja bisa memaafkan kok kita enggak?” lalu dengan sengaja saya rubah dengan “Jika Tuhan saja bisa bersabar kok kita enggak?”, (kita...? lo aja kali..., gue enggak...-jelas jiplakan-). Sambil menunggu saya mencoba mengumpulkan segala informasi tentang lifebuoy yang dilemparkan, “oh... punya dia bentuknya bulat normal”, dia kotak, dia segi delapan dan lain-lainya yang mungkin berguna buat saya kelak.
Setelah menunggu hingga angin yang berhembus suejuk juga habis, akhirnya saya belum juga dapat lifebuoy yang tepat.
Menulis dengan basic mengarang memang saya ibaratkan dengan “penyemplungan kelaut” tadi, dan memang benar kata para lakon's Gagas : Mbak “stylish” Windy Ariestanty, mas “ridiculous” Raditya Dika, “koh joker” Valiant Budi Yogi dan mas “blog”Aca bahwa yang terpenting dalam menulis adalah praktek, tulis, tulis, dan tulis lagi, lagi, lagi dan lagi. Jika berenang coba dari jarak 1 meter dulu, lalu 2, 3, 10 meter sampai 1 kilo hingga kita mahir dan menguasainya, jika sudah coba lebih jauh lagi hingga kita menguasainya, jika sudah terlampaui, kita bisa mencoba lebih jauh lagi, begitu seterusnya kaya' iklan baterai : “on... and on... and on... and on....dst.”
1st day workshop is great and helpful, and I've done yet, I'm still right here, waiting lifebuoy that fit me to come, I wish it will come on 2nd day at workshop, hope so...
sepi banget sih?